SUARAPANTAU.COM – Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) Jajat Nurjaman mengatakan ada beberapa catatan bagi kedua timses capres pasca debat pertama pilpres 2019.
Pertama, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi seperti tenggelam dalam euforia debat capres pertama. Pasalnya, semua relawan maunpun timsesnya hanya disibukan dalam mengonteri isu negatif yang sengaja di lemparkan kubu Jokowi-Maaruf.
Kedua, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maaruf terlihat lebih siap dan tahu apa yang harus dilakukan dalam mempertahankan popularitas paslon yang di usungnya.
Terbukti pasca debat capres yang sebelumnya diklaim di menangkan oleh Prabowo-Sandi, berbagai cara terus dilakukan untuk menaikan popularitas paslonnya melalui penggiringan berbagai isu meskipun secara penilaian mendapat sentiment negatif.
Namun terlepas dari itu nama Prabowo-Sandi justru tenggelam pasca klaim menang debat capresnya.
Sebagai contoh aksi cukur Jokowi di Garut yang pada akhirnya terbongkar ternyata hal itu dilakukan oleh tukang cukur pribadinya, contoh lainnya dalam isu pembebasan ustad Abu Bakar Baa’syir, sebagai Presiden, Jokowi dikelilingi para tokoh dan pakar hukum terkemuka, dalam mengambil kebijakan tersebut Jokowi sadar jika alasan kemanusian akan menimbulkan pro-kontra apalagi untuk seorang narapida terorisme.
Disamping itu sebagai narapidana yang sudah menjalani masa tahanan 2/3 masa tahanan mempunyai hak untuk mengajukan bebas bersyarat, dan terakhir tentang ucapan Maaruf Amin baru kali ini capres gandeng ulama.
Pernyataan tersebut saya kira sengaja dilakukan untuk menarik simpati publik dan nyatanya berhasil menaikan popularitas Maaruf Amin yang sebelumnya tenggelam saat debat pilpres pertama.
“Memainkan isu secara serentak dengan tujuan untuk menaikan popularitas adalah cara jitu tim TKN dalam menjaga ritme kampanye bahkan yang perlu diingat budaya masyarakat kita cenderung mudah lupa atas berbagai isu kebelakang celah inilah yang dimanfaatkan oleh kubu Jokowi-Maaruf,” urai Jajat.
Sebaliknya jika tim BPN terus sibuk menanggapi isu yang sengaja di hembuskan lawan dan melupakan kandidat capres yang diusungnya, maka dapat dipastikan popularitas Prabowo-Sandi akan terus tenggelam sebelum masa pencoblosan dan ini bukanlah pertanda baik dalam sebuah kampanye.
“Dalam kampanye pemilu atau pilpres yang akan menjadi pemenang bukanlah tentang siapa tokohnya, tapi tentang bagaimana bisa bertahan dalam menjaga ritme kampanye sampai masa pencoblosan”, tutup Jajat.