SUARAPANTAU.COM, JAKARTA – Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) Jajat Nurjaman mengatakan, beberapa waktu ini publik menyoroti atas sikap kritis Wakil Presiden Jusuf Kalla atas berbagai pembangunan infrastruktur yang nilainya sangat mahal.
Menurut Jajat, kejadian ini ada beberapa hal yang menjadi sorotan publik. Pertama, Infrastruktur adalah program yang difokuskan pemerintah.
Bahkan kini, menjadi andalan Jokowi dan di brand sebagai buah dari pemerintahannya selama berkuasa, tentu sebagai Wapres pak JK bisa mengetahui berapa nilai yang akan di gunakan untuk pembangunnan infrastruktur tersebut.
Baca juga: Kurang Diapresiasi, BPI: Invisible Hand JK Memukul Balik Jokowi
Kedua, kritik baru dilontarkan di masa akhir jabatan, ini sesuatu yang menarik, pak JK sepertinya ingin cuci tangan atas kegagalan pemerintah dalam mengefisiensi pembiayaan pembangunan infrastruktur yang berakibat pada penumpunkan utang negara hingga Rp. 5000 triliun.
Sebaliknya publik menilai selama ini pak JK kemana saja sampai baru sadar jika ada kejanggalan dalam pembangunan infrastruktur.
Ketiga , isu ada matahari kembar di Istana, jika melihat berbagai keanehan ini kekhawatiran akan ada matahari kembar di dalam Istana sudah terbukti.
Baca juga: Geram, Biaya Bangun LRT 1 Kilometer Rp500 Miliar Buat JK Marah
Lanjut Jajat, Jokowi dan JK terlihat sudah tidak satu arah lagi meskipun statusnya masih sebagai Presiden dan Wakil Presiden, dan yang menjadi catatan pentingnya adalah Jokowi telah gagal dalam memimpin sehingga kritikan justru kini lahir dari dalam istana itu sendiri.
“Sebagai politikus senior, pak JK tentu paham betul bagaimana dalam menentukan sikap politiknya, kaitan dengan kritikannya kepada proyek andalan Jokowi ini menunjukan kekhawatiran publik atas berbagai kritikan oposisi selama ini tentang mahalnya pembangunan infrastruktur juga terbukti, saya kira pak JK ingin seperti negarawan lainnya yang ketika lengser ke prambon tanpa ada cacat hingga layak disematkan sebagai seorang negarawan”, tutup Jajat.(RN)