SUARAPANTAU.COM – Beberapa hari lalu, Twitter dikejutkan dengan tagar #UninstalJokowi sebagai bentuk kekecewaan netizen kepada Jokowi. Tak tanggung-tanggung, tagar tersebut berhasil menduduki trending topic dunia. Banyak orang asing bingung dengan tagar tersebut. Ada yang menyangka Jokowi sejenis virus atau malware.
Pendukung Jokowi tak tinggal diam. Mereka berusaha memulihkan nama junjungannya dengan menyebarkan tagar #JokowiOrangnyaBaik. Entah dari mana baiknya. Yang pasti, tagar pembelaan tersebut tidak mampu menandingi tagar sebelumnya. Bahkan beberapa akun pendukung diduga bukan milik manusia, tetapi akun robot.
Semalam saat debat calon presiden, Jokowi menunjukkan watak aslinya. Hanya dalam kurun waktu beberapa jam saja dia bicara, sederet kebohongan tercipta. Ini bukan kali pertama Jokowi berbohong di depan publik. Kacau…
Tanpa ekspresi berdosa, Jokowi dengan pedenya mengatakan hampir tak ada konflik agraria selama dia membangun infrastruktur. Tapi faktanya, selama dia memimpin sengketa lahan terjadi dimana-mana. Bahkan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) merilis, sebanyak 41 orang tewas dan 546 orang dianiaya, 51 orang tertembak dan 940 petani dan aktivis dikriminalisasi. Jokowi berbohong lagi.
Jokowi juga menyatakan bahwa semakin tahun impor jagung kian berkurang. Dan pada tahun 2018, dengan entengnya Jokowi bilang impor jagung hanya sebesar 180 ribu ton. Padahal, menurut catatan BPS, pemerintah masih mengimpor jagung lebih dari 730 ribu ton dengan nilai lebih dari 150 juta Dollar Amerika. Jokowi berbohong lagi.
Belum lagi soal kebakaran hutan yang dia klaim sudah tidak ada lagi. Padahal, hampir setiap tahun kebakaran hutan terjadi. Greenpeace memaparkan, dari tahun ke tahun kebakaran hutan terjadi. Jokowi seperti lupa pernah sesi foto seorang diri di tengah kepulan asap tanpa mengenakan masker.
Bahkan, menurut situs resmi KLHK, pada tahun 2018 mulai dari Januari sampai Agustus saja tercatat sebanyak 194.757 hektare hutan di Indonesia terbakar. Angka tersebut justru naik jika dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 165.528 hektare. Jokowi berbohong lagi.
Dengan gagah berani, Jokowi juga mengklaim bahwa pemerintah telah berhasil menghukum 11 perusahaan perusak lahan dengan sanksi total 18,3 triliun rupiah. Padahal menurut Indonesian Center for Environmental Law (ICEL), sampai detik ini belum ada satu pun dari perusahaan tersebut yang sudah dieksekusi oleh pengadilan. Lagi-lagi Jokowi berbohong.
Empat kasus kebohongan di atas hanya secuil dari segudang kebohongan lainnya. Entah siapa pembisiknya dan entah apa yang ada di kepala Jokowi saat memaparkan sederet data yang asbun tersebut. Jokowi seperti menganggap orang lain bodoh dan tidak bisa mengkroscek segala pernyataannya. Padahal, jejak digital mudah dilacak dan tersedia dimana-mana.
Dalam debat semalam, Jokowi juga offside dengan menyerang pribadi Prabowo melalui kepemilikan lahan. Padahal, KPU melarang pasangan calon menyerang sisi pribadi. Beruntung Prabowo bisa menjelaskan dengan bijak bahwa lahan tersebut merupakan HGU yang bisa diambil kapan saja bila negara membutuhkan. Ketimbang dikelola pihak asing, Prabowo memilih pasang badan dengan segala keterbatasan. Jawaban seorang negarawan.
Jika dalam satu momen debat saja, sudah banyak kebohongan data yang dilontarkan Jokowi, lantas bagaimana kita bisa percaya kalau dia keluyuran tengah malam berdua sopir hanya untuk menemui nelayan? Bukannya tengah malam nelayan sedang melaut? Lagi pula jalan berdua sopir itu melanggar protap kepresidenan loh. Masa sih hal kecil saja harus berbohong? Plis deh…
Setiap Jokowi memaparkan data yang salah, para pendukungnya nampak tepuk tangan bahagia. Ada juga yang norak teriak kegirangan. Padahal, Jokowi sedang menggali kuburannya sendiri. Bukannya mendapat simpati publik, Jokowi malah menuai banyak bantahan dan kritik. Baik dari kalangan oposisi, pakar, litbang media massa, NGO, hingga netizen.
Catat, Jokowi bisa saja membohongi satu orang untuk sementara. Tapi Jokowi tak akan pernah bisa membohongi semua orang untuk selamanya. Kebohongan yang dia utarakan semakin mendekatkan dirinya dengan kekalahan.
Sementara Prabowo tetap tampil apa adanya. Banyak yang greget kenapa Prabowo tak menyerang habis Jokowi. Tapi itulah karakter Prabowo. Tak biasa menelanjangi kelemahan lawan di depan publik dan tak mudah untuk diajak pencitraan.
Lantas, bagaimana penilaian hasil debat semalam…?
Dua Kosong untuk Kosong Dua!