SUARAPANTAU.COM, JAKARTA – Sejumlah pihak memprediksi peluang kepemimpinan nasional di Pilpres 2019 terbuka lebar. Hal tersebut, lantaran citra calon presiden petahana, Joko Widodo kurang baik dan cenderung kehilangan simpati rakyat.
Hal ini, diperparah dengan sejumlah persoalan yang menimpa orang dekat Joko Widodo di internal Tim Kampanye Nasional. Termasuk, penangkapan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Romahurmuziy melalui operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID), Jajat Nurjaman mengatakan, kasus korupsi dugaan jual beli jabatan di Kementrian Agama yang menjerat mantan ketua umum PPP Romahurmuziy cukup mempengaruhi situasi politik saat ini.
Pasalnya, disatu sisi frame yang dimunculkan Jokowi dianggap tidak tebang pilih dalam penegakan hukum, akan tetapi disisi lain secara politis frame Jokowi didukung orang-orang korup juga mempunyai pengaruh yang cukup besar.
Terlebih, lanjut Jajat, Romahurmuziy dan Jokowi kerap menunjukkan kemesraan ditengah publik dalam berbagai kegiatan.
“Jika dalam pemilu 2014 yang lalu kita sering mendengar istilah jargon orang baik pilih orang baik dari kubu Jokowi, kini kondisinya justru berbanding terbalik dimana terbukti orang-orang disekitar Jokowi tercatat sudah banyak yang terlibat kasus korupsi,” urai Jajat.
Jajat menambahkan, situasi ini sangat tidak menguntungkan dan bisa mempengaruhi psikologis pemilih mengingat pelaksanaan pemilu dan pilpres 2019 sudah semakin dekat.
“Jika kasus ini sampai merembet kepada Menteri Agama Luqman Hakim, selain merugikan Jokowi, secara keseluruhan nasib PPP dalam pemilu 2019 juga berada diujung tanduk. Mengingat kajian beberapa lembaga survei yang menempatkan PPP tidak lolos ambang batas, ditambah dengan kejadian ini bisa saja prediksi tersebut dapat terjadi,“ tandas Jajat.(*)