SUARAPANTAU.COM, JAKARTA – Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) Jajat Nurjaman menyebut sepinya kehadiran massa aksi yang hadir dalam sidang sengketa di Mahkamah Konstitusi (MK) patut diapresiasi.
Selain menunjukan kedewasaan politik kubu Prabowo-Sandi dengan membawa sengketa pilpres 2019 ke MK.
Hal tersebut, kata Jajat, menunjukan imbauan Capres 02 Prabowo Subianto beberapa waktu lalu agar pendukungnya tidak mendatangi MK terbukti efektif.
“Kedewasaan politik ini patut dijadikan contoh dalam era demokrasi seperti sekarang ini, dimana para tokoh yang telah dipercaya mampu meredam para pendukungnya sehingga kondisi menjadi lebih kondusif,” tuturnya.
Menurut Jajat, jika hanya mengacu pada larangan Kapolri terhadap rencana aksi di MK tidak cukup efektif.
“Sebuah aksi menyampaikan pendapat tidak memerlukan izin resmi dari pihak kepolisian dan cukup dengan pemberitahuan, sebaliknya peran dari capres Prabowo Subiantoa atas himbauannya tersebut sehingga mampu meredam para pendukungnya untuk datang ke MK,” tutur Jajat.
Jajat mengapresiasi himbauannya Prabowo selalu mengingatkan para pendukungnya untuk sami’na waa’tona atau taat kepada kepemimpin.
“Saya kira ini sangat penting mengingat kondisi politik saat ini belum sepenuhnya kondusif, untuk itu dalam situasi seperti sekarang ini peran dari Prabowo terhadap para pendukungnya ini sangat penting agar tidak menghambat proses hukum dugaan pelanggaran pilpres 2019 yang sedang berlangsung saat ini,” tandasnya.
“Ketaatan yang ditunjukan para pendukung Prabowo-Sandi dalam sidang pertama hari ini menunjukan apa yang selama ini selalu ditegaskan untuk percaya kepada pimpinan oleh Prabowo kepada pendukungnya bisa di terima, untuk itu harapan kini ada di pundak para hakim konstitusi sejauh mana akan dapat menilai dugaan pelanggaran pilpres 2019 ini secara pandangan hukum tanpa ada campur tangan politik atau pun tekanan dari pihak manapun”, tutup Jajat.