Aktivis dan Anggota DPR Kritik Efektivitas Program Kampus Mengajar Nadiem Makarim

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim (Foto:Ist). Suarapantau.com

SUARAPANTAU.COM, JAKARTA – Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda meminta Nadiem membuktikan Kampus Mengajar memiliki skema pelaksanaan program yang baik lebih dahulu karena ia menilai dunia pendidikan akhir-akhir ini dipenuhi dengan label atau istilah.

“Saya pada posisi ingin supaya labeling-labeling baru ini betul-betul diisi dengan kesanggupan pelaksanaan di lapangan, diiringi dengan substansi kegiatan dan program yang tidak terjebak sekadar karitatif atau jangka pendek, tapi continue supaya tidak jadi labeling-labeling,” tegasnya.

Sementara itu, Prof. Zainuddin Maliki yang juga anggota Komisi X DPR menyarankan agar Nadiem mempertimbangkan ulang pelaksanaan program Kampus Mengajar dan berharap program tersebut berjalan secara efektif.

“Dari sisi konsep bagus, tapi efektivitasnya yang penting. Akuntabilitas itu bukan hanya akuntabilitas program, prosedur, keuangan, tapi juga akuntabilitas manfaatnya,” ujar Zainuddin, (11/2/2021).

Bacaan Lainnya

Zainuddin menuturkan, selain konsep yang bagus, implementasi di lapangan juga harus mendukung. Menurut dia, akan percuma jika konsep bagus akan tetapi eksekusi di lapangan malah berantakan.

“Policy yang bagus, tapi eksekusi buruk, ya hasilnya buruk. Implementasi jauh lebih penting daripada policy itu sendiri, bisa jadi bad policy tapi good execution itu hasilnya bisa good result,” tutur dia.

Sebelumnya Mendikbud Nadiem Makarim menggagas program Kampus Mengajar sebagai salah satu solusi atas kendala pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dialami siswa jenjang pendidikan dasar selama pandemi Covid-19.

Untuk itu, mahasiswa semester 5 ke atas diminta mendaftar menjadi pengajar di Sekolah Dasar (SD) di wilayah domisilinya. Sekolah yang menjadi prioritas sasaran khususnya yang berakreditasi C dan berada di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan, Terluar).

Sepanjang program, mahasiswa diminta mengajar 6 jam per hari secara daring dan luring. Selama masa program, mahasiswa dijanjikan menerima biaya kuliah, uang hidup dan nilai setara 12 satuan kredit semester (SKS).

Disurati Imadiklus Sejak April 2020

Pada April 2020 lalu, diketahui Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah se Indonesia (Imadiklus), Ismail Mahmud telah menyurat secara resmi kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI agar mahasiswa dijadikan relawan mengajar di daerahnya masing-masing.

“Sebenarnya pada tanggal 13 April 2020 lalu saya secara resmi menyurat kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yang isi surat saya memohon agar mahasiswa dijadikan relawan pengajar ditengah virus Corona, surat yang saya ajukan saat di cek pada laman persuratan Kemdikbud sampai di Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan pada tanggal 18 April 2020 lalu. Meski sebenarnya dari awal ini harus dilakukan tapi alhamdulillah hari ini saya sangat bersyukur karena Kemendikbud RI memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengabdi di daerah 3t melalui program kampus mengajar,” Ungkap Ismail.

Dirinya berharap hal tersebut tidak hanya dilakukan di daerah 3 T tapi kalau bisa di beberapa wilayah yang memungkinkan untuk dilaksanakan,

“Sebenarnya dibutuhkan regulasi agar mahasiswwa bahu membahu membantu proses pendidikan untuk peserta didik di seluruh Indonesia. Jika regulasinya menghimbau seluruh mahasiswa untuk berpartisipasi di daerahnya masing masing, kami anggap ini akan berjalan efektif, anggaran juga tidak banyak yang digunakan karena sifatnya relawan.Ya, pada dasarnya memang di daerah 3 T sangat butuh teman-teman mahasiswa untuk mengabdi di sana,” lanjutnya.(*)

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Redaksi Suarapantau.com menerima naskah opini dan rilis berita (citizen report).
Silahkan kirim ke email: redaksisuarapantau@gmail.com atau Whatsapp +62856-9345-6027

Pasang IklanCalon Bupati Luwu 2024

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *