SUARAPANTAU.COM, JAKARTA – Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Prof Zainuddin Maliki, menilai jika riset dan teknologi (ristek) lebih tepat jika digabungkan dengan Kemendikbud.
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu beralasan, karena sumber daya manusia yang memiliki tradisi riset yang kuat masih berada di perguruan tinggi. Demikian juga berbagai instrumen riset dan pengembangan teknologi masih berada di lembaga-lembaga pendidikan tinggi.
“Selama riset dan teknologi dipisahkan dari Kemendikbud banyak persoalan dan masalah-masalah mendesak yang didihadapi oleh bangsa ini tidak mendapatkan sentuhan riset sebagaimana mestinya,” ujarnya dikutip dari PWMU.CO, Selasa (13/4/2021).
Dia menconohkan, masalah Covid-19—yang mematikan dan membuat berbagai aspek kehidupan bangsa ini mengalami stagnasi—pun juga tidak mendapat sentuhan sebagaimana mestinya.
“Vaksin akhirnya harus impor yang menyerap devisa negara yang tidak kecil akibat lemahnya riset khususnya di bidang sains dan teknologi medik,” lanjutnya.
Belajar dari Inggris
Zainuddin menceritakan, dia pernah mengunjungi Southampton University di Inggris sebulan pasca-tsunami Aceh Desember 2004.
“Kedatangan kami disuguhi foto-foto hasil riset tentang karakteristik tanah di bawah laut pasca tsunami di Aceh. Saya sempat dibuat inferior karena perguruan tinggi kita sendiri belum satupun waktu itu yang melakukan hal serupa,” ungkapnya.
“Menyadari pentingnya mengatasi problem pasca tsunami, sepuluh tahun pasca bencana tsunami Aceh, BNPB di bawah kepemimpinan Jendral (Purn) Syamsul Ma’arif memberi fasilitas riset terkait tsunami kepada sejumlah perguruan tinggi,” tambahnya.
Oleh karena itu, sambungnya, dikembalikannya riset dan teknologi ke Kemendikbud diharapkan bisa membangkitkan kembali aktivitas riset dan pengembangan teknologi.
“Hanya saja berhasil tidaknya masih sangat tergantung kepada faktor kepemimpinan. Dibutuhkan kepemimpinan di Kemendikbud yang memang memiliki tradisi, pengalaman dan wawasan kuat di bidang pengembangan ristek,” ujarnya.
Saat ini ritsek menjadi bagian dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di bawah Menteri Bambang PS Brodjonegoro. Sedangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dipimpin oleh Menteri Nadiem Anwar Makarim.
(*/IM)