SUARAPANTAU.COM, JAKARTA – Tragedi tenggelamnya Kapal selam KRI Nanggala-402 menuai sorotan publik beberapa hari terakhir sejak dinyatakan hilang kontak (Rabu, 21/4/2021) selanjutnya dinyatakan tenggelam (24/4/2021).
Sekjen Literatur Institut, Asran Siara memaklumi logika sederhana publik bahwa alutsista negara ini perlu dimodernisasi untuk meningkatkan kualitas kemampuan pertahanan dari segi peralatan.
Namun perlu diketahui, belanja alutsista untuk pertahanan butuh anggaran yang cukup besar untuk memastikan kedaulatan negara. Sementara disisi lain, negara juga harus memprioritaskan pembangunan usaha kesejahteraan.
“Belanja alutsista itu tidak semudah belanja di warung. Butuh anggaran yang tidak sedikit. Memang sangat dilematis, diwaktu yang bersamaan pemerintah harus mengupayakan pembangunan kesejahteraan yang butuh alokasi anggaran yang cukup besar,” ungkap alumnus Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta ini.
Lebih jauh, Asran mendukung langkah Prabowo menuntaskan rencana prioritas pertahanan Indonesia dalam jangka panjang.
“Memang perlu masterplan sebagai rencana strategis di bidang pertahanan. Kita semua sepakat, memperkuat kemampuan pertahanan negara ini salah satu target prioritas. Termsasuk jika dibutuhkan perlu ada investasi yang dicanangkan Kemenhan,” tandasnya.
Diketahui, Kapal selam KRI Nanggala-402 adalah kapal selam serang bermotor diesel-listrik tipe U-209 buatan Jerman. Kapal selam itu diproduksi tahun 1978 di galangan Howaldtswerke-Deutsche Werft di Kiel, dipesan Indonesia tahun 1979 dan diserahkan ke Indonesia pada Oktober 1981 di Jerman.
(*/IM)