SUARAPANTAU.COM, JAKARTA – Pengamat pertahanan Coonie Rahakundini Bakrie baru – baru ini menampilkan sejumlah data terkait anggaran alat utama sistem persenjataan (ALUTSISTA) Kementrian Pertahanan RI dalam canal youtube akbarfaisalunsencored.
Data yang ditampilkan itu mengenai anggaran Kemhan sebanyak 1760 T dan penggunaan anggaran tersebut yang menurutnya belum jelas.
Hal itu mendapatkan respon oleh anggota komisi I Fraksi Partai Gerindra Rachel Maryam Sayidina. Menurutnya data yang ditampilkan itu keliru karena anggaran Kemhan hanya sebesar 55 USD atau setara 780 Triliun sangatlah kecil jika dibandingkan dengan negara tetangga.
“Anggaran 1760 T itu keliru yang ada sebesar 55 Milyar USD atau setara 780 Triliun diperoleh dari pinjaman luar negeri (LN) dengan bunga yang sangat rendah dan pinjaman itu pak Prabowo sendiri yang mencarinya, tentu ini jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan negara tetangga,” jelasnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Stockholm International Peace Research Institute (Sipri) belanja militer Indonesia dibanding produk domestik bruto (PDB/GDP) ternyata terus mengalami penurunan sejak 1988.
” Bisa dibandingkan dengan anggaran pertahanan negara tetangga Brunei Darussalam 3,3%, Kamboja 2,3%, Malaysia 1%, Filipina 1%, Singapura 3,2%, Thailand 1,3% sementara indonesia dari tahun 1988 sebesar 1,5% dibanding PDB hingga tahun 2019 sebesar 0,7 % terjadi penurunan yang drastis ,” ungkapnya saat ditemui wartawan Suarapantau, Sabtu (29/5/21).
Politisi Gerindra itu juga menyampaikan bahwa selama ini Alutsista yang dimiliki tiga matra TNI belum memenuhi kekuatan pokok minimum atau minimum essential force (MEF) sehingga Kemhan harus diberikan dukungan penuh untuk melakukan revolusi alutsista.
“Target kekuatan pokok minimum Alutsista kita belum mencapai angka minimal sehingga upaya Kemhan dalam melakukan revolusi alutsista harus mendapatkan dukungan penuh dan diapresiasi demi menjaga kedaulatan NKRI,” tegasnya.
Anggota DPR RI tiga periode itu mengapresiasi kepedulian Coonie Rahakundini mengenai alutsista pertahanan negara,namun penganggaran dan pembelian alutsista merupakan hal yang didalamnya terdapat berbagai kerahasiaan yang tidak bisa di sampaikan secara detail ke ruang publik.
“Saya paham kepedulian ibu Coonie perihal alutsista pertahanan negara, namun ketika berbicara mengenai anggaran dan rencana pembelian alat pertahanan, tentunya ada aspek kerahasiaan yang juga harus dijaga,” lanjutnya.
Terakhir, politisi Gerindra itu juga mengungkapkan bahwa rencana strategi (Renstra) pertahanan tidak bisa sembarang dibuka ke publik secara luas karena menyangkut masalah menjaga kedaulatan negara.