SUARAPANTAU.COM, BATIPUAH – Dalam hitungan jam, Pemilihan Wali Nagari (Pilwanag) akan segera digelar secara serentak di nagari-nagari yang ada di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Mendekati waktu pemilihan, yakni 16 Desember 2021, euforia perpolitikan yang dirasakan pun terus bergemuruh.
Bahkan, pesta demokrasi ini terus mendapatkan sorotan dari berbagai elemen masyarakat. Salah satunya datang dari Pimpinan Daerah Pemuda Muhammdiyah (PDPM) Padang Panjang – Batipuah – X Koto (Pabasko).
Wakil Sekretaris PDPM Pabasko Bidang Kaderisasi, Ahmad Arif mengatakan ajang Pilwanang ini harus mengedepankan semangat ‘badunsanak’ atau persaudaraan. Mengingat, ajang ini hanyalah mencari seorang pemimpin yang akan mengepalai setiap nagari-nagari (desa).
Pasalnya, kompetisi yang berlangsung dalam cakupan yang cukup kecil, menurut Arif, tak elok jika adanya sikap ketersinggungan antar sesama masyarakat. Dan berdemokrasi yang sehat merupakan tujuan dari demokrasi sebenarnya.
Lantas, kenapa badunsanak dan kenapa tidak badunsanak?
“Geopolitik di tingkat nagari cukup unik dengan sentuhan demokrasi, kata-kata badunsanak merupakan manifesto dari kekerabatan, hubungan antar masyarakat yang ada di Minangkabau. Bisa saja antar calon maupun pemilih yang satu dengan yang lainnya memiliki hubungan kekerabatan. Misal sepesukuan, bako (saudara dari ayah), ipar, besan dan sebagainya. Nah, dari sini kan tidak elok jika terjadi kegaduhan akibat perbedaan pilihan,” kata Arif kepada suarapantau.com, Rabu (15/12/2021) malam.
Arif menegaskan, demokrasi merupakan suatu sistem keterbukaan dalam menentukan pilihan tanpa ada tekanan atau arahan dari pihak-pihak lain. Ia mengatakan, jika hal ini juga sudah ditegaskan dalam Undang-Undang (UU) Pemilu, termasuk Pilwanag ini.
“Itu sudah diatur dalam UU Pemilu. Dalam memilih dan dipilih menjadi suatu kemajuan dalam menentukan pemimpin,” tegas Arif.
Arif menambahkan, Pilwanag Badunsanak dan demokrasi menjadi sistem yang ideal jika digabungkan. Dirinya berpendapat jika kolaborasi ini dikedepankan, bisa dipastikan akan melahirkan pemimpin yang mampu bernegara maupun bernagari.
“Jika keduanya digabungkan, dapat dipastikan akan mampu melahirkan pemimpin yang bisa melayani dan mengayomi dan mengerti dengan kondisi serta situasi yang sedang terjadi di wilyah kepemimpinannya. Dan juga melahirkan figur yang mampu bernegara sekaligus bernagari,” tutup Arif. (cho)