Hivos Gelar CREATE, Angkat Seni dan Budaya Sebagai Medium Suarakan Toleransi

Sejumlah Seniman memamerkan hasil karyanya yang akan dipamerkan dalam kegiatan CREATE Hivos

SUARAPANTAU.COM, MAKASSAR – Yayasan Humanis dan lnovasi Sosial (Hivos) melalui konsorsium Creative Youth for Tolerance (CREATE) menyelenggarakan ‘CREATE‘ Moments: Pameran Seni dan Budaya untuk Toleransi di tiga kota yakni Bandung, Surabaya, dan Makassar, 20-23 Januari 2022.

Kegiatan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap karya anak muda khususnya siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat, serta perwujudan kolaborasi yang telah dibangun CREATE selama kurang lebih satu tahun belakangan ini.

Konsorsium CREATE mengadopsi pendekatan berbasis seni dan budaya yang inovatif sebagai titik masuk bagi upaya mempromosikan toleransi dan pluralisme di tingkat sekolah serta meningkatkan peran guru dan orang tua dalam mendukung praktik-praktik toleransi.

Secara luring, lebih dari 50 karya seni berupa lukisan, instalasi, audio-visual, hingga performance art yang dibuat oleh para siswa dari sejumlah provinsi seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Banten, dan DKI Jakarta dapat dinikmati oleh publik melalui kanal virtual www.telusuri.id/createmoments hingga 4 Februari.

Direktur Eksekutif Hivos, Tunggal Pawestri mengatakan daya kreasi anak muda dalam menyikapi isu intoleransi yang disalurkan melalui pendekatan seni dan budaya ini patut diapresiasi dan dirawat. Karena itu, kata dia, peran aktif anak muda sangatlah penting.

“Kita butuh kerjasama lebih banyak lagi antarpihak untuk mendorong agar partisipasi anak muda ini tetap terjaga. Dari siswa ini kita belajar untuk mendapatkan tambahan asa, dan keyakinan tentang masa depan negara-bangsa yang kita cintai ini,” kata Tunggal.

Ia mengaku mereka berupaya membangun kesadaran dalam bahasa universal tentang kesetaraan dan persaudaraan melalui karya-karya adalah refleksi bahwa upaya untuk menjadikan Indonesia lebih toleran adalah juga upaya yang persisten.



“Keterlibatan untuk bina damai dan perdamaian, melalui seni atau lainnya, terutama dari anak muda dan kelompok rentan bukan hanya tokenisme atau check Dox yang perlu dicentang semata. Namun, harus diwujudkan dengan keterlibatan yang penuh kemaknaan,” jelasnya.

Di Surabaya, kegiatan ini begitu spesial. Karena dihadiri perwakilan Konjen Amerika, Dylan Hoey. Dalam sambutannya, Hoey menjelaskan pemerintah Amerika Serikat memberikan penghargaan kegiatan dalam mempromosikan nilai keberagaman di Indonesia.

“Anak muda memiliki peran penting dalam mencegah semakin tersebarnya berita-berita misinformasi dan disinformasi. Pemerintah Amerika terus mendukung peran siswa, guru, orang tua, dan komite sekolah untuk sama-sama mempromosikan nilai-nilai toleransi,” kata Hoey.

Sementara di Bandung, pameran dilaksanakan di Galeri Popo lskandar dengan mengangkat tema lokal “SAMPURASUN: Seniman Muda Peduli Toleransi, lnklusi, dan Kesetaraan”. Pameran ini menampilkan banyak karya dari para siswa SMA di Jawa Barat.

Tidak hanya itu, panitia juga menampilkan sejumlah kegiatan lain seperti orasi budaya, lokakarya tari jaipong, lokakarya komik strip, hingga diskusi bersama komunitas Masyarakat Adat Karuhun Urang.


Khusus di Kota Makassar, kegiatan digelar di Artmosphere Studio. Sejumlah karya para seniman sering ditampilkan seperti lukisan, instalasi, hingga kolase, dan audio-visual dengan tema kekerasan seksual, toleransi, dan keberagaman dibuat oleh para siswa.

Selain menampilkan karya seni dari para siswa di Kota Makassar dan sekitarnya, pameran di Makassar juga menghadirkan kegiatan berbasis lokal seperti lokakarya Bahasa Lontara. Tidak hanya itu, ada juga lokakarya fotografi, hingga penampilan mini teater dari para siswa.

“Semua kegiatan pameran di tiga kota ini terbuka untuk umum dan bisa diikuti secara gratis tanpa dipungut biaya. Kami optimis, generasi muda saat ini mampu menghargai keberagaman antarsesama,” kata Tunggal Pawestri.

“Lebih dari itu, kami sangat berharap akan lebih banyak lagi masyarakat yang semakin memahami makna toleransi, pluralisme, kesetaraan gender, inklusi sosial, hingga isu kemanusiaan lainnya,” tambahnya.

Diketahui, Yayasan Hivos merupakan lembaga Indonesia yang didirikan atas hasil kerjasama antara Hivos yang berbasis di Belanda dan beberapa akademisi serta pegiat masyarakat sipil Indonesia yang berpikiran sama yang menganut nilai-nilai dan misi Hivos.


Agenda kerjasama tersebut ditetapkan dalam konteks rencana Hivos untuk menginisiasi kesungguhan dalam mewujudkan tata kelola organisasi yang terdesentralisasi dan mendukung kepemilikan lokal.

Sesuai dengan namanya, maksud dan tujuan yang mendasari pendirian entitas baru ini adalah untuk mengembangkan program berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan dalam bidang sosial, ekonomi, kesehatan dan budaya.

Nilai-nilai kemanusiaan tersebut mencakup kemampuan setiap individu untuk menilai dan memutuskan secara merdeka dan bertanggung jawab, hak untuk kemerdekaan, kehormatan, martabat dan semangat untuk menciptakan masyarakat yang berkeadilan dan toleran. (*)

Ikuti berita terbaru di Google News

Redaksi suarapantau.com menerima naskah opini dan rilis berita (citizen report).
Silahkan kirim ke email: redaksisuarapantau@gmail.com atau Whatsapp +62856-9345-6027

Pasang Iklan

Pos terkait