Penulis: M. Nigara, Wartawan Olaharaga Senior
KETIKA banyak manusia yang rela melakukan apa pun demi uang. Ketika banyak manusia menjadikan uang sebagai tujuan. Ketika uang diyakini dapat mengatur segalanya, ternyata tidak bagi Saul Canelo Alvarez. Uang bukanlah segalanya.
Bagi Canelo, juara dunia kelas Menengah Super WBA, WBC, WBO, The Ring, dan IBF, prinsip harus dijaga dan terjaga. Ketika ada pihak yang ingin mencedrai prinsip, maka Canelo tak segan memutusnya.
Seperti kita ketahui, Canelo dikontrak DAZN (Eddie Hearn)-GBP (Oscar de la Hoya) untuk 11 pertarungan dengan nilai super fantastis, 365 juta US Dolar atau setara Rp 5,1 triliun alias Rp 455 miliar perlaga. Dengan kontrak itu, Canelo menjadi atlet termahal sepanjang sejarah olahraga di dunia.
Canelo meninggalkan Floyd Mayweather Jr dan Manny Pacquiao (saat mereka bertarung, masing-masing petinju menerima Rp 1,1 triliun), tapi laga lainnya kontrak mereka tidak lebih dari Rp 50-70 miliar. Lalu Tyson Fury, Anthony Joshua, Gennady Golovkin, Khabib Abdulmanapovich, Nurmagomedov dari UFC, kontrak mereka tidak lebih dari Rp 70-150 miliar perlaga.
Bahkan dibandingkan dengan pesepakbola idola dunia, Lionel Messi di Barcelona yang permusimnya Rp 1,3 triliun, Cristiano Ronaldo di Juve (Rp 533 miliar), Neymar Jr di PSG (Rp 515 miliar), Antoine Griezman di Barcelona (Rp 361 miliar), dan Paul Pogba di MU (Rp 319 miliar) bayaran Canelo jelas masih tetap sangat tinggi. Tak salah jika banyak pihak menobatkan Canelo sebagai atlet yang menerima bayaran termahal.
Prinsip bukan Uang
Tapi, ketika hal prinsip diganggu, Canelo tak ragu melepas kontrak DAZN-GBP. Secara spesifik Canelo tidak menyebut prinsip apa yang telah diganggu. Yang pasti dari 11 kontrak pertarungan, meski baru menyelesaikan tiga laga, Canelo memastikan kontrak berakhir.
Selepas menang atas Sergey Kovalev (2/11/2019), Canelo menghentikan kontrak yang fantastis itu. DAZN dan GBP mengawali kontrak Cenelo saat bertemu dengan Rocky Fielding (15/12/2018). Disusul laga versus Daniel Jacobs (4/5/2019), dan terakhir Canelo bertemu Sergey Kovalev (2/11/2019). Ketiga pertarungan itu dimenangkan oleh Chinamon atau si-Kayu Manis alias Canelo.
Berbicara kepada Graham Besinger dari In Depth Canelo mengatakan: “Dengar, saya tidak suka berbicara banyak tentang orang lain. Saya adalah orang yang sangat setia. Dengan Golden Boy sekalipun. ”
Alih-alih membuka penyebab pemutusan kontraknya, Canelo malah membeberkan langkah yang dilakukan Richard Schaefer (CEO) ketika meninggalkan Golden Boy. “Dia membawa semua petinju ke PBC. Dia mengambil semuanya. Dan dia juga ingin membawa saya,” katanya.
“Saya katakan tidak. Saya adalah satu-satunya petinju yang bertahan dengan Golden Boy, karena saya pria yang setia!” lanjut Canelo.
“Tapi kemudian, kemudian saya mengerti mengapa semua orang pergi dan mengapa Richard Schaefer pergi. Karena mereka yang berada di Golden Boy, mereka hanya mencari keuntungan untuk mereka sendiri, bukan keuntungan petinju!” tandas Chinamon.
Di tahun 2018, DAZN merupakan pemain baru dalam dunia tinju. Mereka berani melakukan sesuatu yang super istimewa itu menyusul niat HBO mengakhiri dominasinya selama 45 tahun di ring tinju dunia. Bukan hanya Canelo yang memperoleh kontrak super fantastis, tapi juara sejati dari Meksiko itulah yang terbesar.
Trilogi
Sabtu malam (17/9/2022) waktu Amerika atau Ahad pagi (18/8/2022) waktu Indonesia Barat, Canelo Alvarez, 61: 57 (39)-2-2 untuk ketiga kalinya akan bertemu dengan Gennady Golovkin, 44: 42 (37)-1-1, di T-Mobile Arena, Paradise, Nevada, Amerika.
Namun, belum lagi laga digelar, banyak pihak yang sudah mengharapkan ada pertarungan keempat. Agar isue tidak berkembang liar, kubu GGG, julukan Golovkin, segera menepisnya.
“Tak sudi!” begitu ucap Golovkin.
Mengacu pada dua laga sebelumnya di mana sekali draw dan Golovkin sekali kalah, di laga ketiga pertarungan diprediksi akan sangat sengit. Apalagi masih ada luka di hati GGG, jika mengenang laga pertama.
Kubu petinju Kazakhstan itu merasa ‘diakali’. “Saya yakin, sayalah pemenangnya,” kata Golovkin. Compo-box di laga (16/9/2017) juga mendukung perasaannya dengan menuliskan GGG-lah pemenangnya. Tapi, faktanya wasit mengumumkan hasil draw. Namun di laga kedua (15/9/2018) juga di T-Mobile, Canelo seperti ingin mengatakan: “Nih, kau rasakan!” Golovkin kalah.
Laga ketiga ini masing-masing petinju kabarnya akan menerima 85 juta USD atau sekitar Rp 1,258 triliun. Jika angka itu dibagi 12 ronde dan dibagi lagi per-ronde, maka akan diperoleh angka hampir Rp 35 miliar permenitnya. Sungguh sangat fantastis.
Pasar taruhan saat ini mengunggulkan Canelo 60-40. Salah satu alasan yang membuat pasar taruhan seperti itu, karena usia Golovkin sudah 40, sementara Canelo dalam usia emas, 32 tahun. Selain itu, GGG juga sudah agak lambat dibanding 2 atau 3 tahun lalu. Sementara Canelo punya keingin khusus untuk memperlihatkan ketangguhannya di mata Oscar De La Hoya.
Siapakah yang akan memenangkan pertarungan? Kita tunggu laga trilogi para super star di ring tinju ini……
(***)