Pembangunan IAIN Bima Kerja Peradaban
Bisa dibayangkan, area IAIN itu adalah Kota Satelit yang akhirnya menggambarkan miniatur Bima Raya tidak hanya di kancah regional, bahkan mungkin dalam percaturan dunia.
Jadi hadirin dan hadirat semuanya, ketahuilah: bahwa IAIN itu Nyata! Untuk siapa? Bukan untuk Muhammad Lutfi sendiri, dia enggak punya tendensi apapun di situ, apalagi mengais keuntungan dari ihwal amal jariyah seperti itu.
Bagi dirinya, membangun IAIN sama halnya dengan menggali mata air bagi dahaga peradaban kita yang mulai terkoyak oleh gempuran modernitas dan degradasi moral yang merajalela.
Inilah legacy moral-intelektual dalam pengabdian tertinggi dari seorang kepala daerah, bahwa titik nol perubahan itu adalah ilmu! IAIN menjadi jawaban atas semua itu, karena kita dan anak-anak kita kelak menjadi bagian yang turut merasakan manfaat dari perubahan itu.
IAIN ini menjadi hikmah terbesar yang mengantarkan Muhammad Lutfi dan Feri Sofyan menuju akhir dari pengkhidmatan yang husnul khotimah.
Kepada seorang kawan yang terserang sindrom “kefu ade” pada Walikota saya pernah berujar, “Bro. Untuk mengenali Lutfi, tidak cukup dengan bertelepon ria lima kali sehari semalam, atau duduk ngopi dengannya sepanjang zaman.
Kamu perlu menyendiri, sembari membaca ulang jalan hidupnya dan menyibak gagasan-gagasan besarnya. Jika kamu merasa cukup, maka mulailah berkawan dengan Lutfi menggunakan hati!”
Nashrun minallah, billaahi taufiq wal hidayah, war ridho Wal Inayah, Wallhul Muwaffieq Ilaa Aqwamitha Tharieq. Wassalam… Wr. Wb.
Penulis: Dzul Amirulhaq, S. PdI (Gus Irul)
*Ketua DPD KNPI Kota Bima Periode 2014-2018