SUARAPANTAU.COM – Tradisi Nyadran sebagai salah satu kearifan lokal masyarakat Jawa di Kabupaten Pekalongan sebagai upacara selamatan menghormati leluhur.
Tradisi Nyadran merupakan salah satu tradisi yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat jawa. Nyadran adalah upacara selamatan di Jawa untuk menghormati arwah leluhur yang telah meninggal dunia.
Kegiatan budaya ini, rutin setahun sekali menjelang bulan Ramadhan pada bulan ruwah atau sya’ban (Imam Budi Santoso, 2012:53).
Baca Juga: Pentingnya Merumuskan Kembali Mata Pelajaran Kearifan Lokal Melestarikan Budaya Bangsa
Namun, Nyadran di Desa Legokgunung biasanya setahun dua kali pada bulan ruwah atau sya’ban, dan dzulqaidah.
Tradisi Nyadran berlangsung pagi hari dan seluruh warga Desa Legokgunung berpartisipasi pada pelaksanaan tradisi ini.
Sebelum pelaksanaan biasanya setiap warga Desa Legokgunung dari sebelum subuh sudah memasak atau menyiapkan makanan yang paginya akan dibawa ke makam.
Seluruh warga yang mengikuti nyadran selalu menggunakan ancak yang berisi nasi dan berbagai lauk pauk, dan tempat pelaksanaan tradisi nyadran berlangsung di makam Desa Legokgunung.
Ketika seluruh warga sudah berkumpul di makam, selanjutnya makanan yang di dalam ancak ditukar satu sama lain. Setelah itu, pembacaan tahlil bersama-sama dengan dipimpin oleh salah satu tokoh agama di Desa Legokgunung dan sekaligus pembacaan doa.