Makna Tradisi Mantu Poci di Kota Tegal Jawa Tengah

Tradisi Mantu Poci di Kota Tegal Jawa Tengah

SUARAPANTAU.COM – Tradisi Mantu Poci yang berasal dan berkembang di Kota Tegal, Jawa Tengah merupakan tradisi yang unik.

Kota Tegal merupakan kota yang berada di pesisir pantai utara Jawa. Keberadaannya yang sangat strategis sehingga menjadi jalur penghubung perekonomian lintas nasional dan regional.

Tradisi mantu poci merupakan salah satu tradisi unik yang dimiliki Kota Tegal. Mantu poci secara bahasa berasal dari dua kata yaitu mantu dan poci.

Diartikan secara sederhana mantu poci merupakan sebuah pesta pernikahan antara sepasang poci. Pernikahan sepasang poci tersebut menjadi simbol pernikahan sepasang manusia.

Bacaan Lainnya

Mantu Poci adalah salah satu kebudayaan di wilayah Tegal Jawa Tengah, dengan cara menyelenggarakan upacara perkawinan yang mempelainya merupakan sepasang poci tanah berukuran raksasa.

Mantu poci pada umumnya diselenggarakan oleh pasangan suami istri yang telah lama berumah tangga namun belum juga dikarunai keturunan.

Seperti layaknya pesta perkawinan, mantu poci juga dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan undangan. Lengkap dengan dekorasi, sajian makanan, dan beraneka pementasan untuk menghibur para undangan yang hadir.

Selain itu, di pintu masuk ruang resepsi disediakan kotak sumbangan berbentuk rumah.

Tradisi ini digelar oleh pasangan suami-istri dengan pengharapan mendapatkan keturunan. Do’a tersebut diwujudkan dengan cara mengadakan sebuah prosesi pernikahan dan mengundang masyarakat.

Proses menikahkan sepasang poci ini sama seperti resepsi pernikahan pada umumnya, hanya saja mempelai laki-laki dan perempuannya digantikan dengan sepasang poci.

Mantu poci diperkirakan mulai pada tahun 1930-an, dilakukan di beberapa wilayah di Kota Tegal khususnya di wilayah pesisiran seperti: Kelurahan Muarareja, Cabawan, Kerandon, Tegalsari, Margadana, dan Tunon.

Namun seiring dengan perkembanagan zaman dan teknologi sudah jarang ditemukan, masyarakat yang menggelar tradisi mantu poci tersebut.

Menurut cerita masyarakat sekitar kisah mantu poci yaitu ada seorang pria dan perempuan yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya tetapi mereka tidak saling suka. Akhirnya, pengantin kabur dari rumah sebelum bersanding di kursi pelaminan. Pengantin melarikan diri disebabkan si orang tua mempelai gila harta atau hanya melihat kekayaan saja.

Akhirnya, kedua orang tua mereka untuk menutupi rasa malu melakukan hajatan dengan poci lemah.

Kedua poci itu dirias layaknya pengantin. Kemudian poci tersebut dikalungkan dengan kembang melati. Manten poci diiring-iring seperti orang yang sedang melakukan perkawinan.

Selain sebagai harapan agar pasangan suami istri segera mendapatkan keturunan, mantu poci juga bertujuan agar penyelenggara merasa seperti menjadi layaknya orang tua yang telah berhasil membesarkan putra putri mereka. Kemudian dilepas dengan pesta besar dengan mengundang sanak saudara, dan relasi.

Penulis: Akmal Adzkia Irvauzain
*Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid

Ikuti berita terbaru di Google News

Redaksi Suarapantau.com menerima naskah opini dan rilis berita (citizen report).
Silahkan kirim ke email: redaksisuarapantau@gmail.com atau Whatsapp +62856-9345-6027

Pasang Iklan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *