Mengenal Tradisi Leluhur Orang Kalang di Kendal

Proses pembakaran sesaji saat upacara obong kalang di Ringin Arum, Kabupaten Kendal

SUARAPANTAU.COM – Orang Kalang atau Suku Kalang adalah adalah salah satu suku yang mendiami Pulau Jawa, Indonesia.

Komunitas Orang Kalang masih dapat dijumpai di Provinsi Jawa Tengah yaitu di desa Lumansari, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal.

Orang kalang termasuk keturunan dari semi Hindu, yang kemudian mulai memeluk agama islam sejak adanya dakwah yang disebarkan oleh Sunan Kalijaga.

Meskipun hidupnya berpindah-pindah, Orang Islam kalang yang berada di Kendal ini masih mempertahankan tradisi dari leluhur mereka, yaitu seperti tradisi upacara obong, sayut, dan ewuhan.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Tradisi Tedhak Siten 7 Bulanan Bayi Warga Kabupaten Batang Jawa Tengah

Upacara Obong

Upacara obong adalah upacara kematian yang dilakukan oleh masyarakat kalang. Upacara ini sangat terkenal di masyarakat kalang yang berada di Kendal, yaitu dengan melakukan pembakaran benda-benda kesayangan almarhum (orang yang sudah meninggal).

Serta menggunakan boneka sebagai pengganti jasad orang yang sudah meninggal tersebut. Upacara obong ini dilaksanakan dua kali pasca meninggal, yaitu pada saat tujuh hari (obong pitung dino) dan setahun pasca meninggal (obong sependhak).

Biasanya, upacara obong ini dipimpin oleh Dukun Sonteng. Dukun Sonteng disini ialah dukun yang memimpin upacara atau tradisi-tradisi kalang, kecuali tradisi ewuhan.

Puncak dari upacara ini adalah pada saat pembakaran boneka yang terbuat dari kayu beserta barang kesayangan almarhum.

Tradisi Sayut

Adalah upacara yang dilakukan dengan tujuan jika seseorang akan masuk ke dalam golongan kalang. Tradisi ini juga bisa dilaksanakan lebih dari satu kali bagi orang kalang. Biasanya tradisi ini dilakukan saat keturunan kalang lahir, seperti selapanan bayi (usia 35 hari), tedak siten, dan disaat pernikahan orang kalang.

Pada pelaksanaan sayut ini juga menggunakan sesajen yang berupa ayam ingkung, bubur merah putih, pisang, dan lain-lain sesuai dengan arahan yang diucapkan oleh Dukun Sonteng sebagai pengawal prosesi upacara tersebut.

Sesajen tersebut harus lengkap agar Demang Kalang (leluhur orang kalang) tidak marah, dan agar permohonan dari pemangku hajat ini dikabulkan.

Tradisi Ewuhan

Adalah tradisi penghormatan bagi orang kalang yang berada di dukuh lumbu, untuk leluhur mereka yaitu Demang Kalang. Tradisi ini menggunakan sesajen yang dipersembahkan untuk Demang Kalang dan disertai doa untuk keluarga.

Biasanya tradisi ini dimulai pada jam 6 pagi sebelum orang-orang melakukan aktivitas pekerjaan. Doa tersebut dipimpin oleh kepala keluarga, tidak sampai memanggil Dukun Sonteng.

Doa tersebut diucapkan menggunakan bahasa jawa, yaitu dengan memohon agar diberi kesehatan serta dilancarkan rezekinya. Lalu sesajen yang sudah didoakan tersebut dimakan bersama oleh anggota keluarga.

Tradisi ini dilaksanakan empat kali dalam setahun, yaitu setiap selasa wage dan jum’at wage.

Orang Kalang tidak mencampuradukkan antara agama dan budayanya. Walaupun mereka menjalankan syariat Islam, akan tetapi enggan untuk meninggalkan tradisi para leluhur mereka.

Mereka berkeyakinan bahwa, jika ada yang melanggar akan tradisi-tradisi tersebut maka akan tertimpa musibah.

Penulis: Syahrul Khoiruddin
*Mahasiswa UIN Abdurrahman Wahid

Ikuti berita terbaru di Google News

Redaksi Suarapantau.com menerima naskah opini dan rilis berita (citizen report).
Silahkan kirim ke email: redaksisuarapantau@gmail.com atau Whatsapp +62856-9345-6027

Pasang IklanCalon Bupati Luwu 2024

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *