SORE itu (4/8/23) saya terlambat tiba di Bentara Budaya, Menara Kompas. Tetapi saya menangkap satu pesan penting yang JJ Rizal sampaikan, perihal matinya budaya. Bagiku itu juga bisa jadi awal kematian organisasi.
Sejarawan muda itu mengatakan bahwa kebudayaan harus mampu merawat pendukungnya. Jika tidak, maka budaya itu sendiri akan segera mati.
Ketika usai acara, kembali ke mobil, saya berdiskusi dengan teman-teman. Ungkapan JJ Rizal itu adalah aksioma dan berlaku pada apapun. Bahkan termasuk keimanan, kedisiplinan, juga soal organisasi.
Kalau ada orang mengaku dirinya beriman, tetapi kata Alquran tidak mau merawat anak yatim dan orang miskin, itu dusta belaka.
Organisasi
Seperti budaya yang tak mau merawat pendukungnya, budaya itu akan mati, begitu pula organisasi.
Dahulu pendiri Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said selalu meneguhkan pemahaman para kadernya, bahwa kader itu mahal.
Sebuah ungkapan simbolik bahwa jangan pernah meremehkan perkaderan. Jangan merasa diri mampu segalanya, semua akan bisa diatasi sendiri. Itu pikiran yang tak menduniawi.
Kata merawat bagi organisasi adalah menyiapkan kader, mendesain pemimpin baru yang siap searah, tegak lurus atas visi dan misi.