Heni Purwaningsih: Merespon Maraknya Kasus Bunuh Diri

Heni Purwaningsih: Merespon Maraknya Kasus Bunuh Diri. ilustrasi / Pixabay

SUARAPANTAU.COM – Fenomena bunuh diri kian marak di lapisan masyarakat, yang lebih memprihatinkan lagi saat ini didominasi dikalangan remaja dan mahasiswa.

Sebut saja kasus yang terjadi di Semarang, dalam waktu dua hari terjadi dua kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa dari kampus yang berbeda.

Dua kasus bunuh diri ini yang pertama dilakukan mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri yang ditemukan tewas di Mal Paragon, Selasa (10/10/2023).

Kasus yang kedua seorang mahasiswa dari perguruan tinggi swasta, yang ditemukan meninggal di kamar indekosnya, (11/10/2023), dikutip dari Republika.co.id, Jum’at (13/10/2023).

Bacaan Lainnya

Pelaku bunuh diri dari perguruan tinggi negeri tersebut sempat membuat surat untuk ibunya, berisi permintaan maaf karena tidak sekuat dan tidak sesuai ekspektasi ibunya. Tentu hal ini sangat membuat kita sedih.

Apa Yang Terjadi ?

Menurut praktisi psikologi keluarga, Nuzulia Rahma Tristinarum beberapa yang menjadi pemicu bunuh diri adalah pola asuh fatherless dan motherless. Ketidakhadiran penuh peran ayah dan ibu, tidak ada attachment yang kuat, penanaman prinsip hidu dan kehilangan figur tauladan, republika.co.id, Ahad (15/10/2023)

Bunuh diri biasanya berawal karena depresi berat dengan permasalahan hidup yang tak kunjung usai. Bisa karena tekanan keluarga yang terlalu tinggi, tuntutan dari orang tua, circle pertemanan yang tidak sehat, juga kurikulum pendidikan.

Dimana beban itu menumpuk akan tetapi sudah tidak menaruh kepercayaan kepda orang lain untuk berbagi cerita.

Fenomena ini menunjukkan betapa rapuh mental generasi saat ini, yang cenderung mengambil jalan pintas dan instan dalam menyelesaikan permasalahan hidup, tak terkecuali bunuh diri.

Mereka menjelma menjadi generasi yang nudah meyerah dan mudah putus asa sehingga dengan mudah pula mengakhiri hidup.

Gempuran Pemikiran

Hal ini lantaran generasi saat ini dihadapkan pada gempuran pemikiran barat yang menyerang mereka dari berbagai sisi.

Pemikiran kapitalisme dan liberalisme yang menempatkan cara pandang hidup bahwa kebahagiaan tertinggi adalah capaian bersifat materi, seperti harta, ketenaran, kedudukan, seks dan yang sejenisnya.

Walhasil generasi berlomba untuk bisa mendapatkan semua itu dengan berbagai cara, dan jika tidak bisa terpenuhi akan berkibat pada penyakit mental yang mengakibatkan depresi yang akhirnya berakhir pada bunuh diri.

Kapitalisme yang dianut saat ini dengan asas sekulerisme yang meniadakan peran agama dalam kehidupan semakin menyempurnakan tingkat penyakit mental dikalangan remaja.

Mereka kehilangan jati diri sebagai hamba Allah, mereka menjalani hidup sesuka hati sesuai hawa nafsu. Standar halal haram dan benar salah tak lagi menjadi pembatas perbuatan.

Ketika menghadapi problem kehidupan mereka tak lagi mengkaitkan dengan agama, karena pada gambaran mereka agama tak mampu menyelesaikan permasalahan mereka. Hal ini wajar terjadi, karena generasi saat ini manjdi asing dengan agamanya.

Islam merupakan agama yang mengatur segala dimensi kehidupan, didalamnya terdapat solusi untuk permasalahan hidup manusia.

Allah telah memberikan aturan yang sempurna untuk manusia yang termaktub dalam Al Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad saw.

Dari sisi negara sebagai penanggung jawab urusan umat juga telah gagal mengarahkan dan membentuk jati diri yang benar pada generasi.

Dengan mengusung kurikulum pendidikan yang berasaskan kapitalisme-sekulerisme yang semakin menjauhkan generasi dari cara pandang agama.

Begitu juga dengan keadaan masyarakat sekarang, hasil dari didikan kapitalisme selama puluhan tahun yang telah menjadi mindset mereka, pasti akan semakin memperparah angka bunuh diri. Hal ini akan tetap berlanjut selama sistem kehidupan dan mindset masyarkat tidak dirubah.

Tentu kita selalu berupaya untuk terus mengambil langkah dan mencari solusi agar fenomena bunuh diri ini tidak semakin marak.

Sudah saatnya negara menghadirkan agama pada ranah kehidupan bermasyakat dan bernegara, dalam hal ini adalah Islam.

Karena Islam tak hanya sekedar agama ritual tapi Islam merupakan sistem kehidupan yang didalamnya terdapat aturan bernegara.

Dimana didalam sistem Islam selalu menghadirkan peran Allah dalam setiap lini kehidupan. Wallahu ‘alam bi shawab.

Penulis: Heni Purwaningsih
*Team Founder Hijrah remaja, Owner Acha Hijab

Ikuti berita terbaru di Google News

Redaksi Suarapantau.com menerima naskah opini dan rilis berita (citizen report).
Silahkan kirim ke email: redaksisuarapantau@gmail.com atau Whatsapp +62856-9345-6027

Pasang IklanCalon Bupati Luwu 2024

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *