KETIKA saya masih kecil, kakakku dan saya adalah dua kutub yang selalu bertentangan. Pertengkaran kami bagaikan ritual harian, dari hal sepele seperti siapa yang lebih dulu mandi hingga siapa yang lebih berhak memegang remote televisi.
Pada saat itu, sulit bagi saya untuk melihat bagaimana seseorang yang begitu sering membuat saya kesal bisa menjadi sosok yang sangat berjasa dalam hidup saya.
Masa kecil kami dipenuhi dengan dinamika yang sangat kompleks.
Ada saat-saat di mana kami saling membenci, tetapi di balik semua itu, ada cinta dan kepedulian yang tersembunyi.
Baca Juga: Sri Sudaryati: Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Saya ingat bagaimana dulu saya selalu menjadi objek kemarahannya. Kami sering bertengkar tentang hal-hal kecil, seperti siapa yang lebih dulu harus mandi atau siapa yang boleh memilih saluran televisi.
Namun, ketika ada anak lain yang melakukan hal sama kepada saya, kakakku selalu menjadi yang pertama membela saya.
Hal Itu adalah momen pertama saya menyadari bahwa di balik semua konflik kecil, ada rasa sayang yang kuat dan insting melindungi dari seorang kakak kepada adiknya.
Namun, seiring berjalannya waktu, perspektif saya mulai berubah.
Kakakku, yang dulu saya anggap sebagai musuh utama, kini menjadi sosok inspiratif yang sangat saya hormati dan kagumi.
Dia adalah role model yang tanpa disadari telah membentuk banyak aspek dalam hidup saya.
Ketika kami beranjak dewasa, sifat bertengkar kami perlahan-lahan berubah menjadi saling mendukung. Kakakku mulai menunjukkan sisi dewasa dan bijaksananya.
Dia selalu ada untuk membantu saya mengerjakan tugas kuliah, terutama dalam bidang desain, memberikan nasihat saat saya bingung, dan mendukung setiap keputusan besar yang saya ambil.
Ketika ia masuk kuliah, saya menyadari betapa besarnya pengorbanan yang ia lakukan.
Kakakku harus bekerja paruh waktu untuk membiayai kuliahnya sendiri dan tetap mempertahankan prestasi akademiknya.
Di sini, saya melihat kekuatan dan determinasi yang luar biasa dari dirinya.
Dia tidak pernah mengeluh, selalu menyikapi segala sesuatu dengan senyuman dan optimisme yang mengagumkan.
Salah satu momen yang paling membekas dalam ingatan saya adalah ketika saya mendapatkan kesempatan magang di sebuah kantor digital marketing.
Saya sangat gugup dan tidak yakin bisa melakukannya. Namun, kakakku selalu mendukung saya, memberikan semangat dan motivasi yang saya butuhkan.
Dia mengatakan bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha dan belajar. Kata-katanya sederhana, tetapi dampaknya luar biasa.
Saya merasa lebih percaya diri dan akhirnya berhasil menjalani magang tersebut dengan baik, berkat dukungan dan dorongannya.
Saat saya memasuki semester 4 di jurusan jurnalistik, saya sering merenungkan bagaimana perjalanan hidup saya telah dipengaruhi oleh kakakku.
Dia tidak hanya menjadi kakak yang baik, tetapi juga mentor yang bijak dan sahabat yang setia.
Dia mengajarkan saya tentang kerja keras, ketekunan, dan pentingnya menjaga integritas. Dia juga mengajarkan saya untuk selalu optimis dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan.
Kakakku selalu memiliki cara unik dalam memberikan dukungan. Dia tidak pernah memaksa atau mendikte, tetapi selalu memberikan ruang bagi saya untuk tumbuh dan belajar dari kesalahan saya sendiri.
Ketika saya menghadapi kesulitan, dia akan duduk bersama saya, mendengarkan keluhan saya, dan kemudian memberikan perspektif yang segar dan solusi yang praktis.
Dia adalah pendengar yang baik dan penasihat yang bijak.
Salah satu pelajaran paling berharga yang saya pelajari darinya adalah pentingnya menjaga keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi.
Meskipun dia bekerja keras untuk mencapai tujuan akademis dan profesionalnya, dia selalu menyempatkan waktu untuk keluarga dan teman-temannya.
Dia mengajarkan saya bahwa kesuksesan sejati bukan hanya tentang pencapaian materi, tetapi juga tentang kebahagiaan dan kesejahteraan emosional.
Kini, ketika saya melihat ke belakang, saya menyadari bahwa hubungan kami telah berkembang menjadi sesuatu yang jauh lebih dalam dan bermakna.
Kami tidak lagi bertengkar tentang hal-hal sepele, tetapi saling mendukung dan menginspirasi satu sama lain.
Kami telah melewati banyak hal bersama, dan setiap tantangan yang kami hadapi telah memperkuat ikatan kami.
Kakakku adalah bukti nyata bahwa orang yang paling sering membuat kita kesal saat kecil bisa menjadi orang yang paling kita kagumi saat dewasa.
Dia adalah role model yang tidak hanya menginspirasi saya untuk menjadi jurnalis yang baik, tetapi juga manusia yang lebih baik.
Dia telah menjadi pahlawan dalam hidup saya, sosok yang selalu ada di saat-saat sulit dan memberikan inspirasi tanpa henti.
Dalam setiap langkah yang saya ambil, saya selalu merasakan dukungannya. Dia adalah sosok yang mengingatkan saya bahwa tidak ada mimpi yang terlalu besar atau tujuan yang terlalu sulit dicapai.
Dengan kerja keras, ketekunan, dan semangat yang tidak pernah padam, saya yakin bisa mencapai apa pun yang saya impikan.
Hari ini, saya menulis ini dengan rasa terima kasih yang mendalam kepada kakakku.
Terima kasih telah menjadi bagian penting dalam hidupku, telah menjadi mentor dan sahabat, serta telah memberikan inspirasi dan dukungan yang tak ternilai.
Kamu adalah pahlawan dalam hidupku, dan aku berharap bisa menjadi seseorang yang bisa kamu banggakan.
Kakakku, terima kasih atas semua yang telah kamu lakukan.
Kamu adalah pahlawan dalam hidupku, dan aku berharap bisa menjadi seseorang yang bisa kamu banggakan.
Penulis: Naia Trianisa Pangestu
*Mahasiswi Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan, Politeknik Negeri Jakarta (PNJ).