SUARAPANTAU.COM – Ahmad dan Alex adalah dua bersaudara yang memiliki karakter yang berbeda. Keduanya kini telah sama-sama duduk dibangku Sekolah Menengah Kejuruan dibangku kelas 3. Keduanya merupakan buah hati dari seorang Ibu yang bernama Kinan dan ayahnya bernama Marsel. Ibunya adalah tukang cuci panggilan, sedangkan ayahnya tukang parkir atau pekerja serabutan.
Ahmad merupakan anak yang taat beribadah, rajin dan tekun, khususnya soal urusan sekolah dan suka membantu kedua orang tuanya disaat waktu senggang atau ketika tidak ada PR yang didapat dari sekolah.
Berbanding terbalik dengan Alex, Ia hanya suka meminta uang pada kedua orang tuanya, malas, suka tawuran, pacaran serta hanya menyusahkan kedua orang tuanya. Kesekolah’pun hanya ala kadarnya serta malas mengerjakan tugas sekolah.
Pada suatu pagi, Ibunya menyuruh kedua anaknya untuk berangkat kesekolah. Ahmad yang senantiasa hormat penuh taqzim pada orang tuanya, langsung begegas bersiap-siap untuk berangkat kesekolah, sedangkan Alex, masih bermesraan dengan bantal diatas ranjangnya.
“Bangun nak, ayo berangkat kesekolah.! ” Ibunya membangunkannya dengan suara yang lembut.
“Ibu kenapa sih…., kurang kerjaan bangat, aku masih ngantuk Bu……”
“Nak, adekmu sudah menunggumu dari tadi. Ayo bangun. Kamu harus rajin kesekolah, jangan sampai kamu tidak lulus sekolah lagi ditahun ini..?”
“Ih…. Ibu bawel bangat sih. gangguin orang tidur saja.”
Dengan wajah yang memalas akhirnya Alex bangun dan mengambil peralatan mandi serta handuk yang tergantung dipintu kamarnya.
“Alex, Ayo cepatan nanti kita terlambat” Ahmad dengan penuh khawatir memanggil kakanya
Seperti biasa, Kinan, Ibunya Ahmad, selalu menasehati anak-anaknya setiap mau berangkat kesekolah. Dengan harapan supaya kelak anak-anaknya bisa menjadi anak-anak yang nantinya berguna dan berhasil.
“Nak Ahmat, Ibu sudah ngga kuat untuk bekerja, dan sudah sepuh. Ayahmu juga demikian, kamu dan kakamu harus rajin dan tekun belajarnya agar kalian tidak sesusah kami lagi. Ibu dan Ayah senantiasa mendoakan kalian agar kelak kalian menjadi anak-anak yang bermanfaat, taat pada agama dan sukses dunia dan akhirat” Ibunya menasehatinya dengan mata berkaca-kaca.
“Insyaallah Ibu, Ahmad janji akan senantiasa mendengarkan dan menaati nasehat-nasehat emak” Jawab Ahmad kepada Ibunya
“Ibu……Sepatuku dimana.? ” Alex memanggil Ibunya dengan keras
“Ada dirak sepatu Nak.” Sahut ayahnya Marsel yang sedang menyeruput kopi diteras rumah
“Nak, Ibumu itu sudah sakit-sakittan, bisa ngga kalau memanggilnya itu dipelankan suaramu” Ayahnya menasehati Alex
“Iya, Ayah” Cetus Alex.
Akhirnya, Ahmad dan Alex’pun pamit untuk berangkat kesekolah. Setibanya disekolah, Ahmad langsung menuju keruang kelas dan mempelajari materi yang akan mereka pelajari hari itu. sedangkan Alex masih menemui kekasihnya Markona dikantin sekolah.
“Hai Markona, gimana….sebentar kita jadi nonton di Bioskop ngga?”
“Jadi dong, tapi aku ngga punya uang,!” Markona menjawab dengan santai
“Tenang saja, nanti aku minta sama ayah dan Ibuku.” Dengan gagah berani Alex meyakinkan Markona
“Ok, aku tunggu infonya sebentar.” Cetus Markona.
Tak membuang waktu lama, Alex – Markona serta teman-temannya yang lain, masuk kedalam kelas. Setibanya didalam kelas, Sebagian ada yang saling menanya kabar, bergosip, dandan dan sebagiannya lagi mengerjakan tugas Bahasa Indonesia, sementara Alex hanya menundukan kepalanya di atas meja karena ngantuk.
Tak lama kemudian, guru Mapel Bahasa indonesia, Roberto memasuki ruang kelas dan menyuruh anak-anak agar duduk siap untuk membaca doa.
“Anak-anak, sebelum kita memulai kegiatan belajar mengajar kita siang ini, mari sama-sama kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa mulai…..” Pintah Roberto
Setelah berdoa, Pak Roberto menyuruh mereka untuk mengumpulkan tugas agar diperiksa dan dinilai olehnya. Namun lagi-lagi Alex, tak mengerjakan tugas dari Pak Roberto.
“Yang tidak mengerjakan tugas, maju kedepan” Perintah Roberto
“Alex…. Alex…, kamu lagi…kamu lagi. harus di ingatkan berapa kali supaya kamu mau mengejakan tugas-tugas sekolah khususnya diMapel bapak. Jangan sampai kamu tidak lulus lagi ditahun ini.” Cetus Roberto
Alex berdiri terdiam dan gemetar tanpa sepatah katapun.
“Kamu pikir dengan modal tampan kamu bisa lulus sekolah dan bisa hidup layak. Bapak sudah cukup tau tentang perangaimu, baik disekolah maupun dirumah. Kamu ini beda sekali watakmu sama adikmu. Adikmu selalu juara disekolah sedangkan kamu juara tinggal kelas.” Tegas Roberto dengan muka yang memerah.
“Bapak ngga mau tau, sebentar kamu kerjakan 250 soal dirumah. Besok kamu kumpulkan.” Tegas Roberto
Pring…… Pring……Bel pulang sekolah berbunyi. Semua peserta didik bergegas membereskan semua alat buku tulisnya dan satu persatu meninggalkan ruang kelas.
“Alex… Sini Nak..! ” Ustadz Bambang memanggil Alex dari Ruang Bimbingan dan Rukiyah
“Iya Ustadz, Ada apa ya..?”
“Iya nak, Tadi Pak Roberto memarahimu diruang kelas gara-gara apa, sampai-sampai suaranya kedengaran hingga keruangan saya.” Tanya sang ustadz
“Gara-gara saya tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikannya Ustadz” Jawab Alex dengan kepala tertunduk
“Astagfirullah… Nak dengar baik-baik. Sebagai umat muslim, baik muslim laki-laki maupun perempuan, kita wajib belajar dan menuntut ilmu. Karena kemiskinan, Pembodohan dan ketertindasan itu, salah satu sumbernya dari kebodohan. semangat dan rajinlah belajar Nak, khususnya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh bapak-Ibu gurumu. Kasihanilah orang tuamu yang sudah sepuh dan sudah sakit-sakit’tan itu. Ayah-Ibumu menaruh harapan besar dipundakmu. Bahagiakanlah mereka mumpung nafasnya masih dikandung badannya” Nasehat Ustadz Bambang kepada Alex
“Baik ustadz, Saya pamit pulang dulu Ustadz” jawab Alex sembari berpamitan sama Ustadznya
“iya, hati-hati dijalan dan langsung pulang kerumah, jangan ikut-ikut tawuran lagi sebab sebentar lagi kalian ujian sekolah”
Setibanya Alex dirumah, ia langsung meminta uang sama ayahnya yang profesinya hanya sebagai tukang parkir, tak hanya itu. selain ia meminta sama ayahnya Alex juga masih meminta sama Ibunya.
Sedangkan Ahmad langsung mengerjakan tugas sekolahnya, disamping itu, ia masih menyempatkan waktunya untuk membantu Ibunya yang sedang memasak didapur.
Kring….kring….!
Handphone jadul Alex berdering. Tenyata itu adalah Markona, yang sudah menunggu kabar dari Alex untuk pergi nonton di Bioskop
“Halo…Alex,….kita jadi nonton dibioskop ngga hari ini.?”
“Jadi dong, tunggu ya….” Cetus Alex
Setibanya mereka diruang layar lebar, Alex dan Markona menikmati tayangan fillm dengan penuh kemesraan dan candah tawa.
Berapa lama kemudian,
Kring….kring…..! Telepon genggam Alex berdering lagi , ditelpon oleh Adiknya, Ahmad.
“Kakak dimana.. ? Kak Pulang dulu, Ibu jatuh sakit ” Ucap Ahmad dengan nada yang sedih
Namun sayang, Alex enggan menghiraukan kabar dari adiknya tersebut dan lebih memilih menikmati tayangan film yang bertajuk “CINTA KANDAS DIATAS KARANG”. bersama pacarnya Markona.
Akhirnya tayangan fillmpun selesai. Alex dan Markona’pun pulang kerumah masing-masing sembari bergandengan tangan.
“Kamu dari mana saja nak, tadi adekmu menelponmu, tapi kamu malah matikan begitu saja…?” Tanya Ibunya kepada Alex
Bukannya duduk mendengarkan dengan baik, Alex malah abaikan ucapan dan Ibunya yang sedang terbaring sakit begitu saja.
Beberapa bulan kemudian, tibalah waktunya Ujian Sekolah. Orang tua, khususnya Ibunya Ahmad dan Alex, seperti biasa, Ia terus bermunajad kepada Allah Swt agar kedua anaknya bisa Lulus Ujian sekolah. Alhasil, doa-doa kedua orang tuanya terkabulkan. Ahmad dan Alex lulus ujian.
5 tahun kemudian, Ahmad dipromosikan sebagai direktur pada Perusahaan ternama di Indonesia karena dedikasi, kejujuran dan etos kerjanya yang tinggi, sedangkan Alex yang malas, suka merepotkan orang tua menjadi seorang pemulung bahkan telepon genggam yang dibelikan Ibunya ia jual.
Beberapa hari kemudian, Markona dan Ahmad mencari Alex ditempat ia memulung untuk memberi kabar bahwa Ibunya telah tiada.
“Nak…. tolong cari adikmu, suruh ia pulang dulu” Ucap ayahnya, dengan wajah yang sedih.
Dengan baju yang compang camping, di bawah terik matahari, berjalan tanpa alas kaki, Alex terus mencari sampah demi sesuap nasi agar bisa bertahan hidup.
Hingga akhirnya, Lelah mengharuskannya beristrahat dibawah pohon mangga sambil mengibas-ngibaskan topi kewajahnya.
*Alex……Alex…..”.Sontak Adiknya Ahmad dan Markona memanggilnya dari seberang jalan.
Ahmad dan Markona’pun menghampiri Alex yang sedang beristrahat, lalu Ahmad dan Markona mengajak Alex untuk pulang kerumah atas pintah ayahnya.
“Kenapa kaka ngga pulang-pulang kerumah lagi. Kakak ayo kita pulang dulu.” Ucap Ahmad kepada Kakanya tanpa memperlihatkan wajah sedihnya kepada Alex
“Ayo sayang, kita pulang. Ayahmu sangat mengharapkan kepulanganmu saat ini” Markona turut meyakinkan Alex agar bisa segerah pulang kerumah
“Memangnya ada apa Dik, kenapa suruh saya pulang. Saya ngga punya rumah lagi, rumahku dijalanan dan dikolom jembatan. Lagian kamu juga Markona, kenapa kamu ikut-ikutan mencariku” Tukas Alex kepada Adiknya dan Markona dengan kesal
“Ayah memintaku untuk mencarimu dan mengajakmu agar pulang karena ada hal penting yang harus kamu urus dan lihat dirumah.” Tandasnya
Atas bujukan Adik dan pacarnya Alex, akhirnya Alex pulang kerumah. Setibanya mereka dirumah Alex melihat Ibunya sudah terbujur kaku tertutupi sehelai kain dengan mata berkaca dan meneteskan air matanya.
“Ibu…Kenapa Ibu meninggalkan kami secepat ini. Maafkan aku Ibu….Maafkan kesalahan-kesalahan Alex selama ini. Ibu….bangun Buu….aku janji ngga akan nakal lagi..”
“Sudah Kak, jangan ditangisi seperti itu kepergian Ibu, Supaya emak bisa tenang.” Ahmad menenangkan kakanya Alex
“Nak Alex dan Nak Ahmad, sini duduk disamping ayah. Ibunya meninggalkan sebuah pesan kepada ayah untuk kalian berdua, kata Ibu, ia sangat menyayangi kalian, rajin sholat serta rajin dan tekun bekerja. Jadilah manusia yang bermanfaat dan berguna bagi orang lain khususnya keluarga. Khusus untuk Nak Alex, jadilah anak yang patuh dan taat, baik kepada orang tua maupun kepada Agama dengan begitu insyaallah engkau mendapatkan pekerjaan yang layak seperti adikmu.”
Mendengar pesan dari Ibu dan nasehat ayahnya, Alex menangis sejadi-jadinya dan ia berjanji kepada ayahnya bahwa ia akan berubah dan menjadi anak yang berguna serta senantiasa mendengarkan nasehat dan akan membahagiakan ayahnya.
Sekian.
Karya Suriadin P