SUARAPANTAU.COM, JAKARTA – Ratusan pentolan aktivis era 98 dari lintas profesi menggelar silaturahmi di Gedung Djoang 45 Jakarta, Jumat 25 Februari 2022.
Reuni ini, juga menggagas Komite Rakyat Lawan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KRL-KKN).
Dalam keterangan tertulis yang diterima Suarapantau.com, pembentukan KRL-KKN sebagai respon keprihatinan terhadap situasi bangsa dan sejumlah praktik korupsi saat ini.
Turut hadir, aktivis 98 diantaranya Ubedilah Badrun, Bungas T. Fernando Duling, Yusuf Blegur, Anton Aritonang, Henry Basel, dan Edysa Girsang.
Selain itu, Apek Saiman, Jaya, Hersyam, Nanang Djamaludin, Syahrul Efendi Dasopang, Mariko, Agus Rihat Manalu, Agung, Boim, Gunawan, Ma’ruf AB, Azwar, Fuad Adnan, dan lain-lain.
Selain aktivis 98, juga hadir rakyat korban tambang dan sejumlah perwakilan mahasiswa dari lintas organisasi.
Ubedilah Badrun dalam kesempatan itu mengucapkan pentingnya terus menjaga semangat melawan KKN.
“Sesungguhnya ada silent majority masyarakat kita yang memiliki semangat melawan KKN. apalagi generasi milenial dan generasi Z saat ini,” kata Ubedilah.
Ia memaparkan hasil riset menunjukan ada 83 % pemuda di seluruh dunia membenci Korupsi.
“Karena itu semangat memberantas KKN ini harus diinisiasi sebagai upaya yang tak kenal lelah untuk menghadirkan good governance dan clean government di negeri ini,” ucap Ubedilah Badrun saat hadir sebagai pembicara dalam Musyawarah Aktivis 98 tersebut (25/2/2022).
Musyawarah ini, dipimpin Fernando Duling, Yusuf Blegur, Anton Aritinang dan Apek Saiman.
“Puji syukur akhirnya kita menyepakati bersama rakyat dan dari berbagai profesi untuk malam ini secara sah terbentuk Komite Rakyat Lawan KKN atau KRL-KKN,” ujar Bungas Fernando.
Sementara itu, Yusuf Blegur mengemukakan pentingnya semangat ini dikonsolidasi demi menyelamatkan Indonesia dari kehancuran akibat praktek KKN yang merajalela.
“KKN ini sudah parah, konsolidasi harus dilakukan karena bangsa ini hanya akan menjadi besar jika KKN diberantas dari republik ini ” tegas Yusuf Blegur.
Penegasan perlawanan dikemukakan oleh Anton Aritonang.
“Kita ini semangatnya harus perlawanan terhadap KKN karena KKN ini sudah parah. Karena itu koalisinya memilih nama Komite Rakyat Lawan KKN,” tegas Anton Aritonang.
Demikian juga Edysa Girsang yang meyakini bahwa KKN ini memang harus dilawan karena dibalik KKN ada oligarki yang jahat.
“Jahatnya adalah KKN ini wajah oligarki saat ini. Karena merekalah yang secara vulgar terlibat dan menyuburkan KKN,” tandas Edysa Girsang.
Sementara itu, Apek Saiman menuturkan keberadaan KRL-KKN ini sangat dibutuhkan, bukan hanya oleh aktivis 98 yang punya tanggungjawab moral sejarah tetapi juga oleh rakyat dan negara ini.
” KRL-KKN ini harus ada, karena yang menghendaki bukan hanya kita tetapi rakyat dan negara. Kang Ubedilah Badrun sudah mengambil jalan penuh resiko mengambil elan vital kehendak rakyat berantas KKN, beliau inspirasi sekaligus pemimpin kita semua untuk melawan praktek KKN yang merusak negara ini,” pungkas Apek Saiman.
KRL-KKN diharapkan menjadi entitas baru yang terbuka untuk semua komponen bangsa yang menghendaki bangsa ini maju tanpa KKN.
Pertemuan berlangsung cukup lama dari pukul 15.30 hingga berakhir pada pukul 21.30.
(Asran)