SUARAPANTAU.COM – Komunitas literasi seringkali memiliki berbagai tantangan dalam menjalankan misinya.
Salah satu pegiat literasi Kota Palu, Sulawesi Tengah, Ari Fahry menyebutkan komunitas literasi menghadapi tantangan tersendiri di era digital.
“Sejatinya setiap orang bisa membaca dan menulis tanpa adanya komunitas,” ungkap Ari Fahry, Ahad 19 Februari 2023.
Baca Juga: Kominfo RI Dorong Literasi Digital Perkuat Ekonomi Nasional
Ari Fahry menyebutkan memimpin L komunitas literasi bukanlah hal yang mudah di tengah orang-orang yang tak lagi tertarik pada buku karena telah beralih pada smartphone.
“Dunia literasi saat ini sepi”, ujar Ari Fahry.
Kendati demikian, Ari Fahry membagikan tipsnya lewat penyampaiannya di agenda Scale Up Academy.
Baca Juga: Massifkan Gerakan Literasi, Pemkot Parepare Gelar Pemilihan Duta Baca
Kegiatan tersebut, diselenggarakan oleh Pegiat Literasi KAMMI Palu.
Menurut Ari Fahry, ada beberapa cara untuk membangun komunitas yang kreatif melalui program literasi yang inovatif:
- Munculkan Tokoh; Dalam komunitas literasi harus ada yang konsen membuat buku, karena jika komunitas literasi tidak menulis maka tidak akan ada efeknya.
- Saling Menyemangati; Memberikan semangat atau saling support dapat memacu kinerja dalam menjalankan program dengan baik.
- Buat Program Bedah Karya; Program ini menuntut para anggota untuk menulis yang nantinya hasil tulisan akan menjadi bahan saling mengkritik untuk perbaikan sebuah tulisan dengan hasil yang lebih baik. Sehingga komunitas punya efek pada setiap anggotanya.
Ari Fahry merupakan seorang dosen di salah satu perguruan tinggi di Sulawesi Tengah.
Ia juga adalah seorang penulis. Saat ditanyakan kenapa suka menulis, jawabannya sangat sederhana.
“Suka menulis karena suka membaca. Rugi jika suka membaca tapi tidak menulis,” terangnya.
Adinda Salsabilah
Ikuti berita terbaru di Google News
Redaksi Suarapantau.com menerima naskah opini dan rilis berita (citizen report).
Silahkan kirim ke email: redaksisuarapantau@gmail.com atau Whatsapp +62856-9345-6027
