Juga ada kesesuaian antara kedalaman penghayatan keagamaan dgn kegairahan aktivitas perekonomian seperti dijumpai pd suku bangsa Minangkabau, Banjar dan Aceh.
Begitu pun di Jawa, orang kauman yang menumbuhkan industri batik, keretek dan perak, menjalankan kegiatan keagamaan dan perekonomian scr simultan.
Masalahnya, seperti diingatkan Clifford Geertz, sekalipun etos kerja ”kapitalisme”, seperti tercemin dalam sikap tekun, hemat dan berperhitungan, juga dimiliki oleh kaum santri, kekuatan ekonomi santri sulit menjadi besar karena tak didukung oleh kerangka institusional dan organisasi bisnis modern.
Selebihnya, kendala birokrasi pemerintahan yang bersifat eksploitatif. Wertheim mengingatkan bahwa kebijakan pemerintah bukan saja menghambat kemajuan. Tapi juga melumpuhkan bibit kewirausahaan dan etos kerja yang telah tumbuh dalam masyarakat. (Belajar Merunduk).
(***)




