SUARAPANTAU.COM – Pernyataan calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan terkait tuduhan bahwa Harun Al Rasyid merupakan pendukung Prabowo yang tewas akibat terlibat dalam aksi protes menolak hasil pilpres pada 22 Mei 2019 ternyata tidak benar.
Diketahui, Anies Baswedan dalam pembukaan debat Pilpres 2024 menyebut Harun Al Rasyid merupakan demonstran yang menolak hasil Pemilu 2019. Namun setelah ditelusuri dari berbagai sumber, Harun Al Rasyid tidak ikut demo melainkan hanya menonton kerusuhan.
Haru Al Rasyid pada saat itu, juga masih dibawah umur atau berusia 14/15 tahun dan duduk dibangku SMP pada saat musibah tersebut terjadi.
Menanggapi hal tersebut, Jubir TKN Golf Muda Prabowo-Gibran, Ananda Bahri menyebut bahwa apa yang disampaikan Anies Baswedan merupakan sebuah kebohongan publik.
Baca Juga: Literatur Institut: Anies Baswedan Keliru Jika Ajar Prabowo Jadi Oposisi
Ananda Bahri meminta calon presiden Anies Baswedan tidak mempolitisasi duka masyarakat untuk kepentingan politik.
Ananda menjelaskan bahwa Harun belum dibenarkan untuk aktif dalam urusan politik praktis dan sejenisnya pada saat musibah terjadia karena masih dibawah umur.
“Berdasarkan UU Pemilu bab IV pasal 198 (ayat 1), pemilih pemula adalah WNI yang berusia 17 tahun atau lebih. Sementara korban masih berumur 14 atau 15 tahun saat kejadian,” tegas Ananda Bahri.
Baca Juga: Ananda Bahri: TKN Muda Prabowo-Gibran Target Raih Suara Milenial dan Gen Z 70 Juta Suara
Dilansir dari berbagai sumber, bahwa berdasarkan pengakuan sahabat Harun yakni Angga, saat itu Harun memang berada di lokasi kerusuhan karena penasaran dengan aksi tersebut, namun Harun tidak ikut terlibat dalam aksi kerusuhan tersebut.
“Dia bilang, ‘Ayo kita lihat di Slipi yang perang (kerusuhan)’,” ungkap Angga, Kamis (23/5/2019).
Sehingga pernyataan Anies baswedan yang menyebutkan Harun Al Rasyid adalah pendukung Prabowo yang meninggal dunia karena turut andil dalam aksi membela prabowo di depan KPU adalah sebuah kebohongan publik dan harus diklarifikasi.
“Artinya pasangan Anies-Muhaimmin beserta tim ingin mempolitisir musibah yang menimpa keluarga korban, serta memanfaatkan dukungan keluarga korban sebagai senjata untuk menyudutkan sekaligus menjatuhkan Prabowo Subianto,” ungkap Ananda Bahri.
Baca Juga: TKN Muda Prabowo-Gibran Rekrut Ananda Bahri Prayudha Jadi Jubir
“Seharusnya sebagai calon presiden Pak Anies bisa lebih bijak dalam mengelolah informasi hoax yang diperoleh dari tim suksesnya bukan malah ikut menyebarkan berita bohong dan memanfaatkan duka sebagai komoditas politik untuk mendulang simpati masyarakat dan meningkatkan popularitas,“ tambahnya.
Ananda Bahri menyebut tidak boleh lagi ada duka yang digunakan sebagai komoditas politik dan menggunakan berita bohong lain pada saat debat yang di pertontonkan kepada 270 juta rakyat Indonesia.
Ananda Bahri menyebut kebohongan di ruang publik akan sangat merugikan keluarga korban dan paslon lain dalam hal ini pasangan nomor urut 2 Prabowo-Gibran.
Baca Juga: Puluhan Ribu Relawan Penuhi SICC Sentul Bogor Acara Waktunya Indonesia Maju Prabowo-Gibran
“Calon Presiden harus memberikan contoh yang baik dan benar pada masyarakat khususnya Gen Z dan milenial dalam berpolitik jurdi,” tambahnya.
“Silahkan minta maaf kepada keluarga korban serta seluruh masyarakat dan silahkan luruskan informasi bohong yang sudah tersebar, jika memang pasangan Anies-Muhaimmin berkomitmen mendukung politik jujur dan adil,” terang Ananda.
“Semoga hal serupa tidak terulang kembali, karena berita bohong yang dilontarkan calon pemimpin berpotensi menimbulkan perpecahan dan konflik antar pendukung dan masyarakat luas,” tutupnya.
(***)