Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan preventif khususnya dari orang tua untuk menghindari pelecehan seksual anak. Pertama, harus waspada dan berhati-hati terhadap perilaku seseorang.
Misal, ketika seseorang sering membicarakan hal-hal yang berhubungan seksualitas di tempat umum dan merasa itu merupakan sesuatu yang lucu atau sebagai bahan bercandaan yang bisa diumbar di tempat umum.
Selain itu perlu diperhatikan kebiasaan lain, seperti menggoda atau menyentuh. Sering melakukan hal-hal seperti menggoda, menyentuh, atau menjawil, maka kita perlu waspada.
Karena sebenarnya ketika membahas atau melakukan tindakan kecil yang berhubungan dengan seksualitas, itu ada dorongan dan pengetahuannya. Orang tua juga bisa melakukan beberapa hal lain kepada anak, seperti memberikan pendidikan seksual sejak dini.
Baca Juga: Honda Resmi Gandeng LG Dirikan Pabrik Produsen Baterai Mobil Listrik di Amerika Serikat
Salah satu contoh yang banyak dilakukan adalah pentingnya memberi tahu nama organ intim sesuai nama aslinya. Jadi ini membuat anak tidak bingung dengan nama dari organ seksualnya dan kalau terjadi sesuatu, anak bisa menjelaskan ke orang tua secara detail apa yang dia alami.
Kemudian berikan edukasi kepada anak untuk tidak boleh sembarang orang menyentuhnya. Ajarkan kepada anak agar selalu paham bahwa dirinya berharga sehingga kalau mau pegang harus izin terlebih dahulu.
Bahkan, yang boleh menyentuh hanya orang tua dan pengasuh. Itu dalam koridor misalkan untuk membersihkan diri sehingga anak mempunyai pemahaman mempunyai penghargaan diri dan konsep diri yang baik.
Baca Juga: Mengenal Tata Motors Perusahaan Otomotif Asal India Mulai Kuasai Pasar Mobil Listrik
Terakhir, orang tua perlu membangun komunikasi baik dengan anak sehingga anak bisa menceritakan segala hal, termasuk yang tidak disukai dan tidak nyaman.
Ketika orang tua memberikan ruang kepada anak untuk bercerita, berbagi, dan memfasilitasi boleh menyampaikan ketidaknyamanan, mereka biasanya akan lebih mudah menceritakannya tentang apa yang dialami.
Pencegahan kekerasan seksual ini harus dilakukan agar anak tidak menjadi korban. Peran guru di sekolah pun menjadi penting dalam mencegah kekerasan seksual terhadap anak, utamanya guru bimbingan konseling (BK). Untuk itu, guru diminta berperan aktif dalam mencegah maupun menangani perilaku kekerasan seksual di lingkungan sekolah.
Pemerintah kota juga seharusnya menggelar sosialisasi pencegahan kekerasan seksual pada siswa dan pelatihan dukungan psikologis awal (DPA) bagi guru BK, yang bekerja sama dengan berbagai instansi terkait.




