Pameran “Air Mata Laut” Angkat Suara Warga Pesisir Makassar

SUARAPANTAU.COM, MAKASSAR – Pameran seni bertajuk “Air Mata Laut: Tallo, Kami Adalah yang Tersisa dan Masih Berbicara” resmi dibuka di Rumata’ ArtSpace, Makassar, Senin (19/5/2025).

Acara pembukaan diawali dengan ritual doa adat salama’ yang dipimpin oleh tokoh adat Kelurahan Tallo, Pinati Muh. Ali Dg. Lewa.

Ritual yang berlangsung di tengah ruang pameran dan menjadi simbol penyucian ruang dan penghormatan terhadap laut serta leluhur yang menjadi bagian dari kehidupan warga pesisir.

Sesajen berupa pisang, beras ketan, telur rebus, dan jajanan tradisional ditempatkan di tengah lingkaran sebagai bagian dari prosesi sakral tersebut.

Bacaan Lainnya

Ketua Panitia Pameran, Yusika mengatakan pameran Air Mata Laut menampilkan karya-karya kolaboratif antara mahasiswa Sosiologi Universitas Negeri Makassar, warga kampung Mangarabombang di Tallo, serta Rumata’ ArtSpace.

Karya yang dipamerkan meliputi foto dokumenter, instalasi seni berbahan limbah laut, serta pemutaran film dokumenter berjudul “Kisah dari Dalam Jerigen”.

Ia menegaskan jika seluruh karya lahir dari riset lapangan yang menyoroti krisis air bersih, reklamasi, dan persoalan sampah di wilayah pesisir, terutama di Kelurahan Tallo, Kota Makassar.

“Pameran ini bukan hanya tentang seni. Ini adalah suara warga yang selama ini kerap diabaikan, dan kini mereka berbicara lewat karya. Ini adalah bentuk perlawanan yang estetik sekaligus politis,” kata Yusika.

Ketua Program Studi Sosiologi FIS-H UNM, Mario, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pengabdian kepada masyarakat dan pelibatan warga dalam proses penelitian dan penciptaan karya.

“Kami tidak ingin penelitian berhenti di meja seminar. Kolaborasi ini membuat warga menjadi subjek, bukan objek. Mereka ikut menciptakan makna dari apa yang mereka alami,” ujar Mario.

Pameran ini akan berlangsung hingga 21 Mei 2025 dan terbuka untuk umum. Selain pameran, rangkaian kegiatan juga mencakup tur karya bersama warga, diskusi film, serta diskusi publik bertema Sosiologi Visual dan Fotografi Sosial.

Pameran ini tidak hanya menawarkan pengalaman visual, tetapi juga menyuguhkan narasi kuat tentang relasi masyarakat pesisir dengan ruang hidup mereka yang kian terancam.

Dalam lanskap seni yang berpadu dengan kajian sosial, suara-suara dari kampung pesisir Tallo kini menemukan ruangnya. (rls/*)

Ikuti berita terbaru di Google News

Redaksi Suarapantau.com menerima naskah opini dan rilis berita (citizen report).
Silahkan kirim ke email: redaksisuarapantau@gmail.com atau Whatsapp +62856-9345-6027

Pasang Iklan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *