SUARA PANTAU – Dari Pembuat Tas Sekolah menjadi Pengrajin Softcase Audio, Kisah Sukses Aep Saepudin dengan Penghasilan Jutaan Setiap Bulan.
Aep Saepudin, seorang pria berusia 43 tahun, adalah contoh nyata bagaimana ketekunan dan adaptasi dapat membantu seseorang bertahan di tengah badai ekonomi.
Sebagai pembuat tas sekolah, Aep pernah merasakan masa kejayaan dengan penghasilan yang stabil.
Baca Juga: Kisah Inspiratif! Nurjannah Dari Pelosok Enrekang Hingga Sukses Merintis Usaha di Jakarta
Namun, kemunculan toko online mengubah segalanya secara drastis.
“Dulu saya kalau jual tas per pcs bisa dijual 150 ribu, tapi setelah ada toko online harganya langsung turun karena saling banting harga,” terangnya.
“Saya juga bingung, itu ada yang sampai jual 50 ribu. Itu dapat untungnya dari mana kalau jualnya seharga modal saya buat,” ujar Aep.
Keadaan semakin sulit ketika pandemi COVID-19 melanda. Penjualan langsung terhenti, memaksa Aep beralih ke penjualan online yang sangat kompetitif.
Baca Juga: Mengenal Sosok Yossi Perwira Pengusaha Muda Sukses Pemilik PT Kaula Indonesia Jaya
Karena tidak bisa menurunkan harga tanpa merugi, Aep terpaksa menghentikan produksi tas sekolah.
Namun, titik terang muncul saat seorang teman memesan Softcase khusus untuk sound system.
Manfaatkan Social Media
Setelah berhasil membuatnya, Aep memposting hasil karyanya di media sosial, terutama Facebook.
Respon yang diterima sangat positif, banyak orang yang tertarik dan ingin memesan tas audio darinya.
“Setelah posting di Facebook, ternyata responnya bagus. Banyak orang yang suka dan ingin membuat tas audio di saya,” kata Aep.
Melihat peluang ini, Aep terus mempromosikan Sotfcase audio di Facebook dan grup-grup komunitas audio.
Hasilnya sangat menggembirakan, pesanan pun mulai berdatangan dari berbagai daerah, bahkan luar pulau seperti Lampung dan Palembang.
“Sekarang, saya dalam sebulan dapetin pesanan sampai 50 pcs sotfcase audio, dengan harga jual satuannya 650 ribu rupiah. Penghasilan sekarang sudah sangat cukup dibandingkan ketika saya menjual tas sekolah dulu,” ujarnya.
Kendati pesanan banyak, Aep pernah kewalahan hingga berencana merekrut karyawan. Namun, niat tersebut urung dilakukan karena Aep khawatir kualitas produk tidak sesuai dengan keinginan pelanggan, yang bisa menyebabkan kekecewaan.
“Mau pakai karyawan juga, tapi takut tidak sesuai dengan kemauan customer dan takut customer nanti kecewa. Jadi, saya kerjakan sendiri saja,” jelas Aep.
Menurutnya, kepuasan pelanggan sangat penting karena berpengaruh besar pada pesanan berikutnya dan rekomendasi dari mulut ke mulut. Dengan dedikasi dan kerja keras, Aep Saepudin berhasil bangkit dan menemukan jalan baru dalam usahanya di tengah situasi yang sulit.
Sumber Foto : Muhammad Dafi Alfian
Penulis: Tazakki Almaahi
*Mahasiswa Prodi Fotografi di Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta